Sinterklaas di Waepotih Namlea Ini Basudara Salam


NAMLEA- Satu lagi kisah inspiratif dari Maluku, terjadi di Kabupaten Buru, tepatnya di Desa Waepotih, Kecamatan Waplau, Senin (21/12/2015).

Ceritanya, pada hari tersebut, ada acara bagi-bagi hadiah kepada anak-anak yang dilakukan oleh Sinterklaas.

Menariknya Sinterklaas atau “Opa Santa” yang bagi-bagi bingkisan natal itu adalah Mohlis Bin Tahir, basudara Salam (muslim) di Kota Namlea, yang sudah dua tahun ini rajin mengunjungi anak-anak setiap menjelang Natal dan Tahun Baru di Kabupaten Buru.

Mohlis yang akrab dipangil Abang Molrider disela-sela bermain dan membagi-bagi hadiah natal kepada anak-anak di Waepotih, menyampaikan pesan-pesan perdamaian.

Ia meminta agar sesama anak-anak dan sesama teman harus hidup rukun, jangan suka berkelahi, jangan mengambil milik teman yang bukan haknya. Boleh meminta dan hanya dapat mengambil bila diberikan.

Anak-anak diminta juga harus patuh sama orang tua, dengar apa kata opa dan oma, turuti perintah kakak, rajin membantu di rumah.
Mereka juga diingatkan untuk rajin bersekolah supaya menjadi anak yang pintar agar kelak bisa menjadi orang hebat yang membanggakan orang tua.

Khusus kepada para orang tua, ia menyerukan pentingnya perdamaian. Lupakan sakit masa lalu akibat konflik. Kembali merajut kasih sayang, saling mengunjungi, saling tolong menolong. Semua warisan leluhur nenek moyang dalam bentuk semangat kae wae, hidup orang basudara itu harus terus dipelihara dan ditelorkan kepada anak-anak dan generasi masa depan negeri bupolo.

Sambil mengajak anak-anak bernyanyi lagu-lagu gerejawi yang dipandu beberapa pengasuh sekolah minggu gereja pekabaran injil (SM-GPI), Abang Molrider bertanya jawab dengan seluruh anak soal keseharian mereka di rumah hingga di sekolah.

“Opa Santa mau tanya, ada anak yang nakal di rumah? Ada anak yang suka bolos sekolah? Ada anak yang suka melawan orang tua?,” pertanyaan itu meluncur dari Abang Molrider yang hari itu menjelma menjadi opa Santa.

Dengan polos, banyak anak yang angkat tangan setiap pertanyaan yang Opa Santa tanyakan. Yang nakal, yang suka bolos sekolah, yang suka melawan orang tua diingatkan Opa Santa agar merobah kelakuan mereka dan diamini bocah-bocah berwajah polos ini.

Opa Santa lalu mengajak para bocah ini bermain lempar bola boling, hingga berjoget berpasangan dengan menggunakan balon di dahi.
Mereka terlihat bergembira ria hingga akhir acara permain. Yang menang diberikan hadiah dari Rider berupa pernik natal dan juga mainan anak-anak.

Tiba giliran membagi-bagi bingkisan natal, banyak anak penerima bingkisan sempat dibuat menangis histeris oleh Zwartepiet, pengawal Opa Santa yang digambarkan suka menghukum anak-anak nakal.

Sebelum hadiah natal diberikan, para anak ini lebih dahulu diberitahukan perilaku mereka selama setahun terakhir di rumah dan juga di sekolah, serta di lingkungan masyarakat.

Selanjutnya para pengawal Opa Santa ini lalu berperilaku garang dengan menakuti para bocah. Ada yang hendak diisi dalam karong, ada yang hendak dipukul dengan sapu lidi, sehingga riuh tangisan terdengar dari para bocah polos ini membikin semua yang menghadiri acara itu bergembira ria dan tertawa-tawa.

Kegiatan diakhiri dengan ibadah syukuran oleh Pendeta Ny Novita Pattinasarany. Ibu pendeta juga sempat menyampaikan terima kasih kepada teman-teman muslim dari kota Namlea yang sudah datang ikut berbagi kasih dengan anak-anak di Waepotih.

Abang Molrider yang ditemui usai kegiatan itu menambahkan, yang harus diutamakan sekarang adalah merajut terus pesan-pesan perdamaian di bumi bupolo dalam satu semangat kae wae, hidup orang basudara.

Karena itu, ia hadir bersama beberapa teman-teman yang beragama muslim untuk mengunjungi anak-anak setiap menjelang natal. Ini sudah kali kedua, setelah kegiatan serupa di tahun lalu.

“Jangan kembali menengok ke belakang untuk melihat siapa yang salah. Mari kita bergandengan tangan. Kegiatan hari ini merupakan salah satu contoh bagaimana kita memulai dari yang terkecil menuju hal-hal yang lebih besar,” pesan Abang Molrider.

“Di Waepotih, anak-anak sangat menginginkan ada Senterklas yang datang. Kita memanfaatkan keinginan ini untuk datang di tengah anak-anak guna membawa virus perdamaian. Dari anak usia dini ini kita sampaikan pesan perdamaian dan kita tanamkan dalam diri mereka dari masih kecil, kalau damai itu indah, damai itu aman, damai itu memberi kesempatan untuk kita saling mengenal, saling mengasihi dan saling berbagi antara satu dengan yang lain,” demikian abang Molrider. (*)

*) Tulisan dan Foto oleh jurnalis senior Abdul Rasyid Ohorella

1 thought on “Sinterklaas di Waepotih Namlea Ini Basudara Salam

Leave a reply to Wai Tatiri Cancel reply