Mengenal Bentuk dan Makna Rumah Adat di Maluku Tenggara Raya


satumaluku.com- Di Kawasan Maluku Tenggara Raya, yakni dari Tual hingga ke Maluku Barat Daya, memiliki rumah adat masing-masing. Di Kei misalnya, rumah adat dikenal dengan nama Rumahaian Sidhun. Sedangkan di Babar, Maluku Barat Daya dikenal dengan nama Lakpona.

Rumahaian Sidhun (Rumah Tradisional Kei)

Arsitektur tradisonal masyarakat Kei di kenal dengan nama Rumahaian Sidhun dalam tradisi setempat menyebutkan bahwa rumah di artikan sebagai tempat persinggahan bagi masyarakat. Rumah merupakan bagian terpenting dari siklus hidup manusia. Konsep dan gaya bagunan Arsitektur Kei berbentuk rumah panggung yang terbuat dari berbagai hasil ramuan kayu yang dilakukan masyaarakat.

Tradisi setempat juga menyebutkan bahwa dalam membangun sebuah ruma perlu sangat dilakukan upacara adat yang di lakukan oleh para petua adat. Bila ditinjau dari aspek tata ruang, bangunan arsitektur Rumahaian Sidhun memiliki berbagai fungsi dan makna tersendiri bagi masayarakat Kei. Dalam berarsitektur masyarakat Kei selalau memanfaatkan ruang tertentu untuk pertemuan para pemuka adat yang ada di desa.

Natara/Romer Di Ohirata Kisar

Orang Meher di Kepulauan Kisar menyebut rumah dengan sebutan romer. Sedangkan Orang Oirata juga menyebutnya natara. Bentuk rumah tradisional yaitu rumah di atas tanah. Hal ini berbeda dengan bentuk rumah di Pulau Seram yang pada umumnya adalah rumah panggung (dibuat salah satunya untuk menghindari ancaman dari binatang buas). Sedangkan areal hutan di Pulau Kisar ditumbuhi oleh padang savanna yang luas, sehingga ancaman karena binatang buas tidak ada.

Rumah mereka terbuat dari kayu-kayu berkualitas, diambil dari petuanan mereka tidak begitu jauh dari lokasi rumah. Jenis kayu yang dipakai yaitu kayu pohon koli untuk tiang dan balok dan kayu kasumbi (Ohapi) atau mahoni (Aukala) untuk bagian atas rumah. Untuk dinding papan jenis kayu yang dipakai kayu lengua, atau kayu kenari. Kayu-kayu ini di dapat dari pulau Wetar, Saumlaki, Roma, atau Larat, biasanya sudah siap dipakai. Jenis kayu dari pohon koli yang dipakai untuk ramuan
rumah adalah yang pohonnya sudah tua dan berwarna hitam sehingga bisa tahan lama sampai ratusan tahun bahkan lebih, dan juga jenis kayu ini sangat tahan terhadap cuaca hujan dan panas.

Terbukti rumah tradisional yang menggunakan kayu-kayu ini hingga kini masih tegak berdiri walaupun usianya sudah tua, yang diganti hanyalah bagian atap rumah. Kayu koli banyak dijumpai di pulau Kisar dan pulau-pulau di sekitarnya karena jenis pohon ini tumbuh secara ekstradik dan tidak dibudidayakan.

Im (Rumah Adat Masyarakat Masela)

Sejarah im (rumah adat) masyarakat di pulau Masela Kabupaten Maluku Barat daya sebenarnya telah ada semenjak masyarakat mendiami pulau Masela. Konsep Im dengan gaya bangunan berbentuk rumah panggung sebetulnya sama dengan Baileo atau Rumah adat Masyarakat di Maluku Tengah namun dari aspek pemanfaatanya yang membedakan.

Gaya bangunannya memang didesain untuk mengindari serangan binatang buas seperti babi Hutan yang selalu menganggu kehidupan masyarakat. Dalam, tradisi masyarakat im mencerminkan system pranata sosial yang mengatur hubungan antar individu bagi berdasarkan Perkawinan (affinal) maupun geonologis (darah)

Lakpona (Rumah Adat TNS dan Babar)

Pada setiap kampung di TNS Teon Nila Serua, ada sebuah rumah adat yang disebut lakpona atau nanatra. Lakpona adalah sebuah bangunan yang dibuat memanjang, beratap daun kelapa atau enau dan tak berdinding. Sepanjang Lakpona ini dibuat meja panjang dari bambu dengan tempat duduk yang juga terbuat dari bambu (utuh).
Lakpona merupakan tempat di mana semua acara adat dilakukan, baik adat kampung maupun adat klen. Di Babar Lakpona adalah tempat pertemuan masyarakat dan tempat pelantikan Raja dan berada di tengah-tengah kampung atau di depan rumah Raja. Fungsi lakpona juga biasanya dilakukan makan bersama dan prosesi adat. (*)

sumber: BPN Ambon

2 thoughts on “Mengenal Bentuk dan Makna Rumah Adat di Maluku Tenggara Raya

Leave a comment